Gambar Sampul Bahasa Indonesia · Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita
Bahasa Indonesia · Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita
Suratno

24/08/2021 11:54:18

SMA 10 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

41

Kehidupan Bermasyarakat

3

Kehidupan

Bermasyarakat

Materi Pembelajaran

A. Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita

B. Membacakan Puisi

C. Mendiskusikan Cerpen

D. Menulis Paragraf Ekspositif

42

Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA

Kehidupan

Bermasya-

rakat

Mendengarkan

Cerita

Menyimak pembacaan cerita

Memahami unsur intrinsik dan ekstrinsik cerita

Menemukan unsur-

unsur cerita

Intrinsik

Ekstrinsik

Membaca

Puisi

Memahami teknik membacakan puisi

Memilih puisi yang dibaca

Memberi tanda-tanda pembacaan

Membacakan puisi untuk

orang lain

Menandai puisi

Intonasi, volume, irama, suara

Sikap, pembawaan, gerakan

Berbicara

Cerpen

Memahami isi cerpen

Menemukan hal-hal menarik dari cerpen

Mengungkapkan hal-hal menarik dari

cerpen secara lisan

Isi cerita

Unsur intrinsik dan ekstrinsik

Bahasa yang digunakan

Menulis

Paragraf

ekspositif

Memahami pengertian paragraf ekspositif

Memahami jenis-jenis paragraf ekspositif

Memahami contoh-contoh bacaan/teks ekspositif

Menulis paragraf ekspositif

Tema

Tokoh

Amanat

Alur

Setting

/latar

Nilai

Adat

Budaya, pendi-

dikan, dan

sebagainya

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

>

43

Kehidupan Bermasyarakat

A.

Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita

1.2 Mendengarkan

Tujuan Pembelajaran:

Kamu akan mampu mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita

yang disampaikan secara langsung/melalui rekaman.

Pada saat kamu mendengarkan cerita atau pembacaan cerita, dapatkah kamu

memahami unsur-unsurnya? Apa saja unsur-unsur dalam sebuah cerita? Unsur-

unsur cerita dapat diidentifikasi melalui dua unsur, yaitu intrinsik dan ekstrinsik.

1. Unsur-Unsur Cerita

Untuk memahami isi cerita yang didengar, kamu harus memerhatikan unsur-

unsur pembangun cerita tersebut. Unsur-unsur tersebut meliputi sebagai berikut.

a. Unsur intrinsik,

yaitu unsur pembangun cerita yang berasal dari dalam cerita

itu sendiri. Unsur ini meliputi sebagai berikut.

1)

Tema

, artinya gagasan pokok cerita. Tema yang diangkat dalam cerita antara

lain kehidupan bermasyarakat, ketuhanan, kasih sayang, keagamaan, adat,

budaya, dan sebagainya.

2)

Penokohan,

yaitu tokoh dan karakter tokoh-tokoh cerita. Jenis tokoh antara

lain protagonis (berwatak baik), antagonis (berwatak jahat), dan tritagonis

(penengah).

3)

Amanat

, pesan yang disampaikan pengarang kepada pendengar lewat

cerita.

4)

Setting

, yaitu tempat, suasana, dan waktu terjadinya cerita.

5)

Alur

, merupakan rangkaian peristiwa yang membentuk cerita.

6)

Sudut pandang

(

point of view

), yaitu cara pandang pengarang dalam

menempatkan dirinya dalam suatu cerita.

b. Unsur ekstrinsik,

yaitu unsur pembangun cerita yang berasal dari luar cerita.

Namun, unsur ini cukup memengaruhi cerita yang dibuat. Unsur ini meliputi

nilai moral, agama, sosial, budaya, pendidikan, dan ideologi yang

melatarbelakangi kehidupan pengarang.

2. Mengidentifikasikan Unsur-Unsur Cerita

Mengidentifikasi berarti menguraikan atau menjelaskan secara rinci hal tau

objek cerita yang akan dikaji. Mengidentifikasi unsur cerita berarti menanggapi

secara rinci unsur-unsur cerita, baik unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsiknya.

44

Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA

Sekarang tutuplah bukumu, kemudian dengarkanlah pembacaan cerita berikut oleh

kawanmu!

Kuntum Turi di Petak Tulip

Lelaki itu melihat seorang perempuan duduk sendirian, di kebun tulip, yang

belum sempurna berkuncup. Di pagi hangat bermatahari wajah perempuan itu

muram, bersaput mendung. Matanya menatap nun jauh tanpa batas. Lelaki itu

meneliti bibir, hidung, dahi, dan rambutnya yang tak terurus. Dadanya berdebur

halus. Perempuan itu mirip sekali dengan... Ah, tapi dia tampak lebih tua dari

semestinya, pikirnya dengan perasaan tidak gembira.

Ia menghirup kopi dan kembali meneruskan membaca koran. Sepagi itu,

biasanya hanya lelaki itu di kebun tulip, yang sepi dikunjungi orang. Letaknya

memang tersembunyi, di belakang gereja tua dan museum seni yang saling

memunggungi. Lelaki itu berpendapat, kebun itu sepi karena tak nyaman untuk

bermain anak-anak. Tak ada ayunan dan perosotan, hanya bangku taman dan

petak-petak tulip kecil.

Lelaki itu suka melamunkan banyak hal, masa lalunya yang sulit dan masa

depannya yang sedang ia rancang-rancang. Seorang pemabuk yang meminta

uang pernah terkekeh-kekeh melihat lelaki itu melompat, saat ia menegurnya.

Kali ini perempuan itu telah mengganggu konsentrasinya. Ia turunkan koran

dan kembali menatap perempuan dengan sweater warna pudar, yang kebesaran.

Celana jean yang dilipat ujungnya karena kepanjangan. Ia masih mengenakan

sepatu musim dingin yang tebal dan berat. Jika benar dia, mengapa begitu lusuh,

tampak lemah, dan dungu, pikir lelaki itu.

"Tiga hari lagi tulip-tulip itu akan berkuncup sempurna." Tak tahan

memendam penasaran ia membuka percakapan. Setelah lama tak ada jawaban,

lelaki itu kembali berkata, "Aku suka tulip ungu, mengingatkanku pada kembang

kangkung." Perempuan itu menoleh ke arahnya. "Aku suka yang putih,

mengingatkanku pada kembang turi."

45

Kehidupan Bermasyarakat

"Maaf, mengingatkan pada kembang apa, katamu?"

"Kembang turi." Hampir saja ia berteriak menumpahkan keyakinannya saat

melihat wajah perempuan itu seutuhnya. Ia menahan diri dengan menjatuhkan

pandangan ke kaki perempuan itu, mencari tanda.

Pada sebuah masa, yang tak suka ia kenang, karena begitu banyak kesulitan,

lelaki itu mengenal Dianti. Putri Pak Mantri Suntik itu kaki kanannya lebih kecil

dari kaki kirinya. Jika berjalan ia harus menopang lutut dengan tangannya,

pincang. Teman-temannya di SD suka mengolok-olok dengan menirukan

jalannya.

Pernah ia berpikir, Dianti pintar karena anak Pak Mantri. Sementara dia anak

pekerja serabutan. Orang membutuhkan tenaga ayahnya untuk membetulkan

genteng bocor, mengecat rumah, mengumpulkan tahi kambing, memetik kelapa,

mencuci mobil, dan banyak lagi. Ayahnya meninggal jatuh dari atap saat

membetulkan genteng sekolah. Sekolah menjadi tidak penting karena ia harus

membantu Ibu menghidupi keempat adiknya. Ia bersyukur bisa naik kelas dengan

rapor yang banyak angka merahnya. Ibunya seorang pemetik bunga turi. Salah

satu pelanggannya adalah Keluarga Mantri.

Beberapa kali ia diminta mengantarkan pesanan kembang turi ke rumah

keluarga itu. Dianti yang selalu membukakan pintu. Di tangannya selalu ada

buku.

"Sebentar saya panggil, Ibu." Itu yang selalu dikatakan Dianti. Itu saja

kesempatan bertemu Dianti di luar waktu sekolah. Dianti tak pernah main gobak

sodor atau loncat karet. Juga ia tak pernah menangkap kunang-kunang, saat

malam bulan purnama. Keluarga Dianti pindah ke kecamatan lain setelah ia lulus

SD.

Lelaki itu melanjutkan hidupnya yang tidak gampang. Terengah-engah ia

menyelesaikan sekolah teknik menengah pertama. Pengalaman kerjanya panjang

dan beragam; kenek angkot, kuli bangunan, kenek truk, tukang sapu di stasiun,

calo kereta api, pelayan di restoran, dan banyak lagi yang tak ia ingat. Kemudian

ia diterima bekerja sebagai anak buah kapal. Ia menghabiskan waktu di lautan

dengan singgah di berbagai benua dan cuaca. Pada satu hari, saat kapal berlabuh

di sebuah negeri, lelaki itu memutuskan lari dari kapal.

"Aku juga suka kembang turi," kata lelaki itu.

"Enak untuk pecal atau urab."

"Bunga turi bisa kamu temukan di warung oriental."

"Ya, aku membelinya, kubuat pecal. Sekarang bunga turi menjadi sayuran

antik, sukar diperoleh. Orang tak menanam turi lagi."

"Dulu di desa masa kecilku," lelaki itu berkata sambil berdiri mendekati petak

tulip, "Pohon turi banyak ditanam di tepi sawah dan tepi jalan. Kembangnya ada

yang merah, ada yang putih."

46

Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA

"Daun turi bagus buat menghaluskan kulit. Ibuku suka menggunakannya

sebagai masker wajah." Perempuan itu berjalan terpincang-pincang, mendekati

lelaki itu.

Lelaki itu menahan nafas dan berkata pelan sambil menelan ludah, "Ibuku

dulu pemetik bunga turi." Ia membuka kaca mata hitamnya.

"Oh, ya."

Pikiran perempuan itu mengembara ke masa belakang. Mengingat-ingat

nama anak lelaki yang suka mengantar bunga turi ke rumah. Menatap wajah di

depannya yang ia yakin pernah begitu familiar. Satu yang ia ingat, anak nakal itu

pernah menyelamatkannya dari olok-olok.

Anak lelaki itu selalu bercelana pendek dengan ikat pinggang tali rafia. Di

kelas ia suka tidur. Saat istirahat ia suka mengganggu anak-anak perempuan.

Pernah ia meletakkan kerukan pensil yang bercermin di rumput tempat anak

perempuan main loncat tali.

Lalu ia berteriak, "Aku tahu warna celana dalam kalian."

Karuan saja anak-anak perempuan marah bukan main, mengejar dan

melemparnya dengan bola kasti. Tapi anak lelaki itu larinya kencang, lebih

kencang dari teman-teman seusianya.

Sepulang sekolah ia bekerja, melayani orang-orang yang membutuhkan

bantuannya. Termasuk pekerjaan yang menjijikkan, mengumpulkan tahi

kambing untuk pupuk. Juga pekerjaan berat, memikul air dari sumber mata air,

kala pipa bambu retak.

Ada satu kejadian yang ia ingat dari anak lelaki itu. Ia meninju Gatot, yang

mengolok-oloknya. Gatot marah karena ia tak memberinya contekan ulangan

berhitung. Seusai sekolah, ia mencegatnya dan berkata, "Perempuan pincang

tak bakal jadi pengantin."

Anak lelaki itu menghadang Gatot dan memintanya berhenti menggoda

Dianti. Gatot melawan dengan mengatakan, "Oh, rupanya anak bau taik embek

ini suka kamu."

Gatot belum menyelesaikan kalimatnya ketika ia mendaratkan tinjunya di

wajah Gatot. Gara-gara itu ia distrap, berdiri di depan kelas selama dua jam.

Ayahnya Gatot, yang kepala desa melapor ke sekolah.

Lelaki itu, Obed, putra pemetik kembang turi!

Perempuan dan lelaki itu berdiri berdekatan. Lalu keduanya berhadapan.

Keduanya tersenyum, berjabat tangan. Jabat tangan pertama bagi keduanya. "Di

tanganmu selalu ada buku jika aku mengantar kembang turi."

"Aku suka membaca, tapi waktuku tak banyak lagi. Aku sekarang

babysitter

,

ngurus anak-anak keluarga pengacara. Sabtu dan Minggu libur, bisa duduk-

duduk di taman. Oh, ya, berapa kali kau mendaratkan tinju di wajah anak lelaki

itu, Obed?"

47

Kehidupan Bermasyarakat

"Nakal sekali aku waktu itu."

"Tapi kau tak pernah mengolok-olok kepincanganku."

"Kau pintar, selalu juara kelas."

Dianti menghela nafas. "Kugantungkan cita-citaku setinggi langit untuk

menjadi dokter. Apa daya aku hanya mampu menyelesaikan SMA, tak ada biaya.

Dokter masuk desa, ayah kehilangan kerja. Ayah meninggal, Ibu tidak bekerja.

Ibu sekarang di sanotarium karena penyakit paru-parunya makin akut. Kau

sedang apa di sini?"

"Tenaga Kerja Indonesia. Pahlawan devisa."

"Tidak tertarik berjualan bunga turi?" Dianti tersenyum.

Obed ingin Dianti selalu tersenyum seperti itu.

"Kau ingin makan pecal bunga turi, ya?"

"Istrimu suka membuatnya?"

Obed menatap Dianti dan berkata, "Aku ingin memperistrimu sejak Gatot

mengolok-olokmu."

Dianti terbelalak lalu terbahak-bahak.

"Itu sebab aku meninju anak kurang ajar itu."

"Berapa putramu sekarang?"

"Baru kali ini muncul hasratku untuk menikah dengan memperistrimu!"

Dianti salah tingkah.

"Menurutmu aku masih bau taik embek?"

Dianti menggelengkan kepala. "Kau lelaki tangguh dan penuh hormat, yang

pernah kukenal."

"Lantas lelaki macam apa yang ada dalam kehidupanmu?"

"Lelaki itu memeras tenagaku untuk berpoya-poya. Menamparku kalau ia

tidak berkenan. Ia merendahkan diriku dengan mengatakan, kamu beruntung

ada lelaki yang mau menikahi perempuan pincang yang tak memberi keturunan."

Kalimat-kalimat itu hanya Dianti ucapkan dalam hati dengan berupaya menahan

desakan air matanya.

Obed menyentuh kedua pundak Dianti. Jelas dan dalam ia berujar, "Aku

akan meninju lelaki, siapapun dia, yang telah menyepelekanmu."

"Lelaki itu suamiku, Gatot anak mantan kepala desa." Pertahanan Dianti jebol.

Air matanya tumpah.

Obed mengetatkan kepalan tangannya. Rahangnya mengeras.

Montreal, musim semi-panas 2007

Sumber:

Cerpen Ida Ahdiah dalam Republika, 20 Januari 2008

48

Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA

No.

Identifikasimu

Unsur Cerita

Kerjakan di buku tugasmu!

Dari cerita yang kamu dengarkan di atas, coba identifikasi unsur-unsur

berikut!

1. Unsur Intrinsik

2. Unsur Ekstrinsik

.........................................................

.........................................................

.........................................................

.........................................................

.........................................................

.........................................................

.........................................................

.........................................................

.........................................................

.........................................................

.........................................................

.........................................................

Tema

Amanat

Alur

a. Bagian awal

b . Bagian inti

c. Bagian

ending

cerita

Setting/latar

a. Tempat

b. Suasana

c. Waktu

Penokohan

a. Protagonis

b . Antagonis

c. Tritagonis

Sudut pandang pengarang

1.

2.

3.

4.

5.

6.

No.

Unsur

Cerita

Penjelasanmu

1.

Latar belakang budaya

dalam cerita

...............................................

2.

Latar belakang

isi cerita

...............................................

3.

Nilai-nilai

cerita

...............................................

1